Saturday, September 6, 2014

Kopling Macet

Aktivitas awal yang dilakukan pengendara begitu masuk ke dalam kendaraan pastilah meletakkan tangan kiri di tuas transmisi. Sementara, kaki menginjak pedal kopling. Begitu mesin hidup dan siap melaju, tuas transmisi harus dipindah dari posisi Netral ke 1. Seiring injakan pedal gas, perlahan-lahan mobil akan bergerak. Ini yang biasa dilakukan saat mengendarai kendaraan dengan transmisi manual.
Bisa dibayangkan, apa yang terjadi bila ternyata tuas transmisi tidak bisa dipindahkan ke posisi lain. Meskipun sudah cukup mengerahkan tenaga, terasa ada sesuatu yang mengganjal sehingga persneling tidak bisa digeser ke gigi 1, 2, dst. Akibatnya jelas. Mobil tidak akan bisa berjalan atau kalau memang sudah masuk gigi tertentu maka kendaraan akan jalan dengan posisi gigi tersebut.
Pengalaman ini sering dialami customer Emergency Roadside Assistance (ERA) AstraWorld. Tak cuma seorang. Tiap bulan, ada saja pengendara yang terjebak karena problem ini. Langkah praktis, mereka menghubungi ERA.
Menurut Suwarno, Technical dan Training Development Staf ERA, masalah ini memang bisa muncul pada kendaraan bertransmisi manual. Banyak kasus, pada saat mesin mati persneling bisa dipindah-pindah dan masuk ke posisi 1,2,3 dst. Sementara pada saat mesin hidup, perpindahan transmisi terasa agak keras bahkan tidak bisa masuk sama sekali.
Jelas, ini amat mengganggu. Bila dipaksakan maka gigi percepatan pada transimisi akan rusak atau mengeluarkan bunyi yang kasar pada saat jalan.
Penanganan kasus di atas sebetulnya mudah saja. Menurut Suwarno, problem seperti itu bisa muncul, salah satunya, karena setelan free play (gerak bebas) pedal kopling terlalu besar. Bila penyebabnya adalah setelan free play yang terlalu bebas, penyelesaiannya tentu dengan penyetelan ulang. Yaitu, dengan mengatur baut adjuster untuk memperkecil free play-nya.
Untuk melakukan penyetelan, perlu diketahui dulu tentang sistem penggerak kopling yang umumnya ada pada mobil. Pada dasarnya sistem penggerak kopling ada dua macam. Yang pertama, menggunakan kabel sebagai penerus injakan pedal kopling ke sistem kopling yang ada di rumah kopling (belakang mesin). Yang kedua, kopling dengan sistem penggerak hidrolik.
Pada model kabel, penyetelannya terletak di bawah samping kepala babi (rumah kopling). Penyetelan dilakukan dengan memutar baut penyetel tersebut ke arah memperpendek gerak dari garfu pembebas yang ditahan kabel tersebut. Sementara model hidraulik, penyetel kebanyakan kendaraan di pedal kopling yang berada pada ujung pedal. Di sana biasanya terdapat batang pendorong (push rod). Kalau kita lihat dari kasus di atas, maka batang pendorong ini kita perpanjang dengan cara mengendorkan mur yang berada pada batang pendorong tersebut. Kemudian batang pendorong tersebut kita putar sesuai dengan arah memanjangnya batang tersebut.
Selain karena setelah free play, bisa juga, gigi yang tidak bisa dipindah terjadi karena kanvas kopling sudah tipis. Solusinya tentu berbeda. Apabila kanvas kopling sudah tipis secara otomatis tenaga yang diteruskan juga tidak maksimal. Gejala awal, biasanya kendaraan akan jalan pada saat putaran mesin tinggi (kendaraan baru bisa jalan pada saat pedal gas diinjak secara dalam). Jika ternyata penyebabnya adalah kanvas kopling tipis, penyelesaiannya adalah dengan mengganti kanvas kopling dengan yang baru.
Khusus kopling dengan sistem hidraulik, kebocoran minyak kopling juga bisa menyebabkan gigi transmisi sulit ‘di-oper’, bahkan tidak bisa masuk sama sekali. Penyelesaiannya harus dengan mengganti komponen yang menyebabkan kebocoran tersebut. Misalnya, karet-karet master silinder kopling (silinder kopling atas) dan silinder kopling bawah.
Untuk mencegah supaya masalah seperti di atas ini tidak terjadi pada mobil kita, menurut Suwarno, bisa dilakukan dengan melakukan penyetelan free play secara periodik setiap