Aktivitas awal yang dilakukan pengendara begitu masuk ke dalam
kendaraan pastilah meletakkan tangan kiri di tuas transmisi. Sementara,
kaki menginjak pedal kopling. Begitu mesin hidup dan siap melaju, tuas
transmisi harus dipindah dari posisi Netral ke 1. Seiring injakan pedal
gas, perlahan-lahan mobil akan bergerak. Ini yang biasa dilakukan saat
mengendarai kendaraan dengan transmisi manual.
Bisa dibayangkan, apa yang terjadi bila ternyata tuas
transmisi tidak bisa dipindahkan ke posisi lain. Meskipun sudah cukup
mengerahkan tenaga, terasa ada sesuatu yang mengganjal sehingga
persneling tidak bisa digeser ke gigi 1, 2, dst. Akibatnya jelas. Mobil
tidak akan bisa berjalan atau kalau memang sudah masuk gigi tertentu
maka kendaraan akan jalan dengan posisi gigi tersebut.
Pengalaman ini sering dialami customer Emergency Roadside
Assistance (ERA) AstraWorld. Tak cuma seorang. Tiap bulan, ada saja
pengendara yang terjebak karena problem ini. Langkah praktis, mereka
menghubungi ERA.
Menurut Suwarno, Technical dan Training Development Staf ERA,
masalah ini memang bisa muncul pada kendaraan bertransmisi manual.
Banyak kasus, pada saat mesin mati persneling bisa dipindah-pindah dan
masuk ke posisi 1,2,3 dst. Sementara pada saat mesin hidup, perpindahan
transmisi terasa agak keras bahkan tidak bisa masuk sama sekali.
Jelas, ini amat mengganggu. Bila dipaksakan maka gigi
percepatan pada transimisi akan rusak atau mengeluarkan bunyi yang kasar
pada saat jalan.
Penanganan kasus di atas sebetulnya mudah saja. Menurut Suwarno, problem seperti itu bisa muncul, salah satunya, karena setelan free play (gerak bebas) pedal kopling terlalu besar. Bila penyebabnya adalah setelan free play yang terlalu bebas, penyelesaiannya tentu dengan penyetelan ulang. Yaitu, dengan mengatur baut adjuster untuk memperkecil free play-nya.
Untuk melakukan penyetelan, perlu diketahui dulu tentang
sistem penggerak kopling yang umumnya ada pada mobil. Pada dasarnya
sistem penggerak kopling ada dua macam. Yang pertama, menggunakan kabel
sebagai penerus injakan pedal kopling ke sistem kopling yang ada di
rumah kopling (belakang mesin). Yang kedua, kopling dengan sistem
penggerak hidrolik.
Pada model kabel, penyetelannya terletak di bawah samping
kepala babi (rumah kopling). Penyetelan dilakukan dengan memutar baut
penyetel tersebut ke arah memperpendek gerak dari garfu pembebas yang
ditahan kabel tersebut. Sementara model hidraulik, penyetel kebanyakan
kendaraan di pedal kopling yang berada pada ujung pedal. Di sana
biasanya terdapat batang pendorong (push rod). Kalau kita lihat
dari kasus di atas, maka batang pendorong ini kita perpanjang dengan
cara mengendorkan mur yang berada pada batang pendorong tersebut.
Kemudian batang pendorong tersebut kita putar sesuai dengan arah
memanjangnya batang tersebut.
Selain karena setelah free play, bisa juga, gigi yang
tidak bisa dipindah terjadi karena kanvas kopling sudah tipis.
Solusinya tentu berbeda. Apabila kanvas kopling sudah tipis secara
otomatis tenaga yang diteruskan juga tidak maksimal. Gejala awal,
biasanya kendaraan akan jalan pada saat putaran mesin tinggi (kendaraan
baru bisa jalan pada saat pedal gas diinjak secara dalam). Jika ternyata
penyebabnya adalah kanvas kopling tipis, penyelesaiannya adalah dengan
mengganti kanvas kopling dengan yang baru.
Khusus kopling dengan sistem hidraulik, kebocoran minyak
kopling juga bisa menyebabkan gigi transmisi sulit ‘di-oper’, bahkan
tidak bisa masuk sama sekali. Penyelesaiannya harus dengan mengganti
komponen yang menyebabkan kebocoran tersebut. Misalnya, karet-karet
master silinder kopling (silinder kopling atas) dan silinder kopling
bawah.
Untuk mencegah supaya masalah seperti di atas ini tidak
terjadi pada mobil kita, menurut Suwarno, bisa dilakukan dengan
melakukan penyetelan free play secara periodik setiap
No comments:
Post a Comment